Bakteri Rhizobium dalam Meningkatkan Nitrogen dari Pertumbuhan Kacang Kedelai

1.  Pengetian Rhizobium
          Kehidupan manusia dengan mikroba memiliki hubungan yang erat. Mikroba membantu berbagai kebutuhan hidup manusia seperti pada bidang pertanian, kesehatan, industri, dan lingkungan. Berbagai peluang kemajuan teknologi mikroba (bioteknologi) akan mampu berkembang dengan dilandasi oleh pemahaman terhadap sifat-sifat kehidupan mikroba.
Tanaman dan kebanyakan mikroba tidak mempunyai cara untuk mengikat nitrogen menjadi senyawa dalam selnya. Tanaman dan mikroba umumnya mendapatkan nitrogen dari senyawa seperti ammonium dan nitrat dalam tanah. Untuk memanfaatkan nitrogen dalam bentuk gas, pakar bioteknologi memusatkan perhatiannya pada hubungan antara tanaman dengan jenis mikroba tertentu yang dapat menambat nitrogen dari udara dan menyusun atom nitrogen ke dalam molekul ammonium, nitrat, atau senyawa lain yang dapat digunakan oleh tumbuhan.
Pada umumnya bakteri itu ada yang bersifat patogen dan ada pula yang menguntungkan khususnya pada bakteri Rhizobium yang hidupnya bersimbiosis dengan akar kacang polong-polongan dimana bakteri tersebut sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan tanaman kacang kedelai karena kacang kedelai dalam proses pertumbuhannya sangat membutuhkan Nitrogen (N2) maka yang berfungsi untuk mengikat nitrogen bebas di udara adalah bakteri Rhizobium japanicum.
Rhizobium merupakan kelompok bakteri berkemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman kedelai. Bila bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok bakteri ini mampu menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar. Bintil akar berfungsi mengambil nitrogen di atmosfer dan menyalurkannya sebagai unsur hara yang diperlukan tanaman inang. Rhizobium mampu menyumbangkan N dalam bentuk asam amino kepada tanaman kedelai.
Nitrogen (N) merupakan unsur paling penting bagi pertumbuhan tanaman kedelai, namun ketersediaan N di daerah tropis termasuk Indonesia tergolong rendah. Pupuk N buatan yang menggunakan gas alam sebagai bahan dasar mempunyai keterbatasan karena gas alam tidak dapat diperbarui. Oleh karena itu, diperlukan teknologi penambatan N secara hayati melalui inokulasi rhizobium untuk mengefisienkan pemupukan N pada tanaman kedelai, walaupun ini masih harus dilakukan pemupukan.
Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu tanaman budidaya masyarakat, yang mengandung nutrisi yang tinggi, diantaranya mengandung protein 30 sampai 50 % yang merupakan sumber protein nabati, bahan baku industri dan bahan pakan ternak. Kandungan protein yang tinggi memberi indikasi bahwa tanaman kedelai memerlukan unsur hara nitrogen yang tinggi pula. Penggunaan Rhizobium merupakan salah satu tehnologi budidaya yang ramah lingkungan, berkelanjutan dan layak digunakan dalam program peningkatan produktivitas tanaman kedelai (Novriani, 2011) dan merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan nitrogen terhadap tanaman kedelai, sehingga akan mengurangi terhadap penggunaan pupuk kimia. Secara umum inokulasi dilakukan dengan memberikan biak Rhizobium kedalam tanah agar bakteri tersebut mampu berasosiasi dengan tanaman kedelai dalam mengikat N2 bebas dari udara.

2.      Karakteristik Bakteri Rhizobium
Bakteri Rhizobium adalah salah satu contoh kelompok bakteri yang mampu menyediakan hara bagi tanaman. Apabila bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar di dalamnya. Rhizobium hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila berada di dalam bintil akar dari mitra legumnya. Peranan Rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan ketersediaan nitrogen bagi tanaman inangnya.
Bakteri Rhizobium merupakan mikroba yang mampu mengikat nitrogen bebas yang berada di udara menjadi ammonia (NH3) yang akan diubah menjadi asam amino yang selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang, sedangkan Rhizobium sendiri memperoleh karbohidrat sebagai sumber energi dari tanaman inang.
Karakteristik bakteri Rhizobium secara makroskopis adalah warna koloni putih susu, tidak transparan, bentuk koloni sirkuler, konveks, semitranslusen, diameter 2 - 4 mm dalam waktu 3 - 5 hari pada agar khamir-manitol-garam mineral. Secara mikroskopis sel bakteri Rhizobium berbentuk batang, aerobik, Gram negatif dengan ukuran 0,5 - 0,9 x 1,2 - 3 μm, bersifat motil pada media cair, umumnya memiliki satu flagella polar atau subpolar. Untuk pertumbuhan optimum dibutuhkan temperatur 25 - 30°C, pH 6 – 7.
Suhu optimal untuk Rhizobium berkisar 18°C - 26°C, minimal 3°C dan maksimal 45°C. Sedangkan kisaran pH optimal untuk Rhizobium adalah sedikit di bawah netral hingga agak alkali, kendati demikian pada pH 5,0 beberapa strain Rhizobium masih dapat bertahan hidup. Bakteri Rhizobium bersifat kemoorganotropik, yaitu dapat menggunakan berbagai karbohidrat dan garam-garam asam organik sebagai sumber karbonnya. Organisme ini memiliki ciri khas yaitu dapat menyerang rambut akar tanaman kacang-kacangan di daerah beriklim sedang atau beberapa daerah tropis dan mendorong memproduksi bintil-bintil akar yang menjadikan bakteri sebagai simbiosis intraseluler.

3.        Potensi Bakteri Rhizobium
Tanaman legum (kacang-kacangan) merupakan mitra yang lebih besar sedangkan Rhizobium adalah mitra yang lebih kecil, sering disebut ‘mikrosimbion’. Apabila bintil menua setelah suatu periode fiksasi nitrogen, mulai terjadi pembusukan jaringan dengan membebaskan bentuk aktif Rhizobium ke dalam tanah yang biasanya berfungsi sebagai sumber inokulum bagi tumbuh-tumbuhan budi daya berikutnya dari spesies legum tertentu.
Bakteri Rhizobium secara umum termasuk golongan heterotrof, yaitu sumber energinya berasal dari oksidasi senyawa-senyawa organik seperti sukrosa dan glukosa. Dengan demikian, untuk mendapatkan senyawa organik tersebut, bakteri membutuhkan tanaman inang. Bentuk simbiosis antara tanaman legum dengan Rhizobium adalah simbiosis mutualisme, karena bakteri dalam bersimbiosis menginfeksi tanaman dan tanaman menanggapinya dengan membentuk bintil (nodul). Bakteri Rhizobium memperoleh makanan berupa mineral, gula/karbohidrat dan air dari tanaman inangnya, sedangkan bakteri memberi imbalan berupa nitrogen yang ditambatnya dari atmosfer.
Bintil akar merupakan bengkakan jaringan akar tumbuhan yang berisi bakteri. Bakteri ini mendapatkan karbohidrat dalam jaringan akar, sedangkan tumbuhan memanfaatkan sebagian bahan bernitrogen yang dibuat oleh bakteri dari nitrogen dalam udara yang ada di atas partikel tanah. Simbion menjadikan tumbuhan pasangan simbiosisnya sebagai sumber nitrogen yang berharga untuk tanah. Waktu mulai terbentuknya nodul/bintil akar berbeda - beda untuk tiap jenis tumbuhan inang. Adisarwanto (2005) mengatakan nodul atau bintil akar tanaman kedelai terbentuk pada umur 4 - 5 hst yaitu sejak terbentuknya akar tanaman, dan dapat mengikat nitrogen dari udara pada umur 10 - 12 hst, tergantung kondisi lingkungan tanah dan suhu. Suhu lingkungan seperti kelembaban yang cukup dan suhu tanah sekitar 25°C sangat mendukung dalam pertumbuhan bintil akar. Perbedaan warna hijau daun pada awal pertumbuhan (10 - 15 hst) merupakan indikasi efektivitas Rhizobium.
Rhizobium yang berasosiasi dengan tanaman legum mampu memfiksasi 100 - 300 kg N/ha dalam satu musim tanam dan meninggalkan sejumlah N untuk tanaman berikutnya. Permasalahan yang perlu diperhatikan adalah efisiensi inokulan Rhizobium untuk jenis tanaman tertentu. Rhizobium mampu mencukupi 80 % kebutuhan nitrogen tanaman legum dan meningkatkan produksi antara 10 % - 25 %. Tanggapan tanaman sangat bervariasi tergantung pada kondisi tanah dan efektivitas populasi asli.

4.    Peranan Rhizobium sebagai Pupuk Hayati
Rhizobia merupakan kelompok penambat nitrogen yang bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan. Kemampuan penambatan pada simbiosis rhizobium ini dapat mencapai 80 kg N2/ha/thn atau lebih. Ada beberapa jenis rhizobium yang mampu bersimbiosis dengan tanaman tertentu, karena tidak semua rhizobium mampu bersimbiosis dengan tanaman ini dapat dilihat pada Tabel 1. di bawah ini.

Tabel 1. Kesesuaian Inang dengan Spesies Rhizobium Kelompok Inokulasi
Kelompok Inokulasi
Rhizobium sp
Genera Tanaman Anggota Kelompok
Alfafa
Rh. mililoti
Medicago, Mililotus, Trigonella
Clover
Rh. trifolii
Trifolium
Pea (kacang polong)
Rh. leguminosarum
Pisum, Vicia, Lathyrus, Lens
Bean (buncis)
Rh. phaseoli
Phaseolus
Lupini
Rh. lupini
Lupinus, Ornithopus
Kedele
Rh. japonicum
Glycine

Rhizobium tak hanya meningkatkan nitrogen pada tanaman, rhizobium mampu menghasilkan hormon pertumbuhan berupa IAA dan giberellin yang dapat memacu pertumbuhan rambut akar, percabangan akar yang memperluas jangkauan akar. Akhirnya, tanaman berpeluang besar menyerap hara lebih banyak yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Selain itu rhizobium mampu meningkatkan penyerapan fosfat. Fosfat merupakan hara utama dalam perkembangan akar dan pembentukan polong kedelai.

5.    Peranan Rhizobium Sebagai Bakteri Penambat N2
Fiksasi (penambatan) nitrogen merupakan proses biokimiawi di dalam tanah yang memainkan salah satu peranan paling penting, yaitu mengubah nitrogen atmosfer (N2, atau nitrogen bebas) menjadi nitrogen dalam persenyawaan/nitrogen tertambat. Adapun genus-genus bakteri yang dapat mengikat N2 di udara yaitu Azotobacter, Clostridium, dan Rhodospirilum. Selain itu, dikenal pula genus bakteri yang mampu mengikat N2 bebas, tetapi hanya dapat hidup jika bersimbiosis dengan tanaman dari suku Leguminoceae, yaitu genus Rhizobium.
Rhizobium masuk ke dalam akar legum melalui rambut akar atau secara langsung ke titik munculnya akar lateral. Rambut akar merupakan bagian tanaman yang pertama kali dapat memberikan respon karena terinfeksi Rhizobium. Di dalam bintil akar tidak hanya terdapat satu strain Rhizobium saja, mungkin dua atau lebih strain hidup bersama-sama di dalam satu bintil akar.

(1)
(2)

Gambar 1. (1) Akar dari Pisum sativum dengan nodula yang dibentuk oleh Rhizobium. (2) Nodula akar berkembang sebagai hasil dari simbiosis antara bakteri Rhizobium dengan rambut akar tanaman. (a) Bakteri mengenal rambut akar dan mulai membelah, (b) Masuknya rhizobia ke akar melalui infeksi sehingga bakteri masuk ke dalam sel akar, (c) Membelah menjadi bentuk nodula (Dewi, 2007).
Ada dua tipe nodula, yaitu efektif dan inefektif. Nodula efektif dibentuk oleh strain efektif dari Rhizobium. Nodula ini berkembang dengan baik, berwarna merah muda akibat adanya pigmen leghaemoglobin. Jaringan bakteroid berkembang baik dan terorganisasi dengan baik dengan banyak bakteroid. Terbentuknya bintil akar efektif yang lebih banyak mampu meningkatkan penambatan nitrogen yang selanjutnya untuk membentuk klorofil dan enzim. Peningkatan klorofil dan enzim mampu meningkatkan fotosintesis yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan generatif (hasil produksi biji) tanaman. Berbeda dengan strain inefektif dari Rhizobium, bentuk nodula umumnya kecil dan berisi sedikit jaringan bakteroid yang berkembang, menunjukkan akumulasi tepung dalam sel tanaman inang yang tidak berisi Rhizobium. Bakteroid dalam nodula inefektif berisi glikogen.
Interaksi antara bakteri Rhizobium dengan tanaman legum dikendalikan oleh tanaman inang tertentu. Inokulasi tanaman dengan strain rhizobia yang tepat akan menjamin terbentuknya bintil akar yang efektif mengikat N2 udara. Keberadaan populasi rhizobia yang tidak efisien justru akan menghambat pengikatan N2. Kaliandra (Calliandra calothyrsus) mampu membentuk bintil akar, baik dengan fast growing rhizobia maupun slow growing rhizobia, namun efektivitasnya bervariasi. Dari 13 strain yang digunakan dalam penelitiannya, hanya 4 strain yang efektif dan dari 4 yang efektif tersebut hanya 1 strain yang slow growing. C. calothyrsus membentuk bintil akar dengan Bradyrhizobia (strain yang pertumbuhannya lambat, slow growing rhizobia).

6.    Manfaat Nitrogen Bagi Tanaman
Tanaman memerlukan unsur hara untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu (1) makronutrien/ unsur hara pokok yang terdiri dari unsur-unsur C, H, O, P, K, N, S, Ca, Fe, dan Mg; (2) mikronutrien/unsur hara pelengkap yang terdiri dari unsur-unsur Mn, B, Cu, Zn, Cl, dan Mo. Nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi tanaman, namun unsur ini cepat hilang dalam tanah baik melalui volatilisasi/penguapan, nitrifikasi, denitrifikasi maupun hanyut (tercuci) bersama air, dan erosi.
Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting di dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Tanaman harus mengekstraksi kebutuhan nitrogennya dari dalam tanah. Sumber nitrogen yang terdapat dalam tanah, makin lama makin tidak mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga perlu diberikan pupuk sintetik yang merupakan sumber nitrogen untuk mempertinggi produksi. Keinginan menaikkan produksi tanaman untuk mencukupi kebutuhan pangan, berakibat diperlukannya pupuk dalam jumlah yang banyak. Industri pupuk yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan pupuk yang semakin meningkat.
Kandungan atmosfer sekitar 80% adalah unsur nitrogen. Menurut Alfiah (2009), secara garis besar, komposisi atmosfer alami tersusun oleh 78 % nitrogen, 21 % oksigen, 1 % argon, dan gas-gas lainnya. Keberadaan dari masing-masing gas tersebut merupakan sumber hara bagi makhluk hidup bumi. Secara detil, gas-gas penyusun atmosfer bumi.
Nitrogen bagi tanaman berfungsi sebagai penyusun protoplasma, molekul klorofil, asam nukleat, dan asam amino yang merupakan penyusun protein. Nitrogen memasuki tanah dalam bentuk ammonia dan nitrat (NH3) bersama air hujan, dalam bentuk hasil penambatan N2 oleh mikroba atau dalam bentuk penambahan pupuk sintesis. Kandungan nitrogen tanah yang cukup tinggi lebih banyak disebabkan oleh adanya kemampuan beberapa mikroba untuk memfiksasinya, N organik yang terbentuk kemudian diubah menjadi ammonia melalui proses deaminasi, karena ammonia dapat secara langsung diasimilasikan oleh mikroba atau diubah terlebih dahulu menjadi senyawa nitrat secara nitrifikasi.


 DAFTAR PUSTAKA

Novriani. 2011. Peranan Rhizobium dalam Meningkatkan Ketersediaan Nitrogen
bagi Tanaman Kedelai. AgronobiS. Vol. 3 (5) : 35-42.

Sari, Ramdana., Retno Prayudyaningsih. 2015. Rhizobium: Pemanfaatannya
sebagai Bakteri Penambat Nitrogen. Info Teknis Eboni. Vol. 12 (1) : 51 –
64.

Raymond A. B. Sopacua. 2014. Pengaruh Inokulasi Bakteri Rhizobium japanicum
Terhadap Pertumbuhan Kacang Kedelai (Glycine max L). Biopendix. Vol

1 (1) : 48-53.

Komentar